Selasa, 30 Oktober 2018

Miskonsepsi Nikon

Kali ini gua bakal ngomongin tentang Miskonsepsi masyarakat terhadap kamera Nikon. Kalau kalian nanya orang-orang yang punya kamera dslr, mostly pada pake Canon, dan kalo Mirrorless pada pake Sony dan Canon, sementara orang gak banyak yang pake Nikon. Gua juga dulu prefer Canon daripada Nikon, dan memang lebih enak pake Canon daripada Nikon. Dulu pas awal-awal gua mulai pake kamera, karena gua dikasih Nikon D90 itu, gua mulai pake itu dan on the beginning, gua juga bingung banget, apalagi pas acara, dimana gua itu dibagian dokumentasi, itu benar-benar gua kayak nyerah dan sebel pake kamera gua sendiri karena hasilnya gak sebagus jepretan temen-temen gua yang di bagian dokumentasi, karena mereka semua pake Canon, dan gua sendiri pake Nikon, ada juga yang pake Mirrorless Sony. Mereka semua hasil jepretannya lebih bagus dari gua, dan dari situ gua awalnya beranggapan bahwa Nikon tidak sebagus Canon. Sampai akhirnya gua les fotografi online dan akhirnya kini persepsi gua berbalik 180°. 

Gua akhirnya tau bahwa mostly fotografer profesional itu kebanyakan pake Nikon, dan akhirnya gua tau kenapa masyarakat mostly gak pake Nikon sementara golongan yang pro pada pake Nikon. Nikon itu cenderung lebih rumit daripada kamera dslr lainnya, menurut gua yang paling simpel itu Canon, terus kamera Mirrorless lainnya juga gak kalah simpel. Ya semua karena mereka ketika kita berada di mode "auto", kita langsung mendapat hasil yang sesuai, bagus, jernih dan pas. Nikon sendiri juga ada mode auto, namun hasil mode auto Nikon memang gak sebagus kamera lainnya, itu karena memang Nikon itu lebih bagus kalau kita mainkan manual, dengan mode manual, para fotografer profesional jauh lebih menikmati Nikon daripada merek lainnya, karena Nikon lebih memberi leluasa kepada fotografer untuk menentukan bagaimana hasil akhir jepretan mereka, dan gak heran pas baru-baru ini gua kembali jadi panitia dan seperti biasanya, gua satu-satunya dari bagian dokumentasi yang memakai Nikon, gua kemudian mencicipi kamera temen gua yaitu Canon 700D dan 600D, dimana gua pertama kalinya menggunakan mode manual dengan kamera Canon, dan betul, apa yang diberikan Canon untuk keleluasaan fotografer tidak sebanyak Nikon. Mulai dari pilihan Shutter speed, sampai ISO, itu tidak sebanyak kamera gua yang notabenenya lebih murah dan lebih lama. Pas gua pake dua kamera Canon itu, keduanya hanya memberikan ISO dari 100, 200, 400, 800, 1600, 3200. Sementara kamera gua mulai dari 100, 150, 200, 250, 320, 400, 500, 640, 800, 1000, 1250, 1600, 2000, 2500, 3200, 5000, 6400. Liat dari ISO aja udah sebegitu beda, jauh lebih banyak kamera gua daripada kamera Canon punya temen gua. Gak perlu tanya masalah Shutter speed dan apperture, perbandingannya kayak gitu juga. Dan kemaren, karena dari bagian dokumentasi cuma gua doang yang pake Nikon, kali ini gua gak minder dengan hasil jepretan gua, malah temen-temen gua lebih banyak suka hasil jepretan gua yang pake Nikon D90 daripada temen gua yang pake Canon 700D. Nih hasilnya, cekidot.
Ini adalah hasil dari kamera gua






Ini adalah hasil dari kamera temen gua yang 700D






Gak heran fotografer profesional mostly pake Nikon. Tapi meski bagitu, apa iya seluruh jenis kamera Nikon itu mostly untuk prosumer?, Nggak kok, Nikon juga ngeluarin kamera untuk orang awam, Nikon juga ngeluarin Mirrorless, untuk kamera DSLR, Nikon juga keluarin kamera untuk orang awam yang simpel dan ringan diantaranya Nikon D3100, D3400, D5300 dan lainnya, rata-rata yang edisi 3000 dan 5000 itu untuk consumer, bukan prosumer.

Eits, pasti pada heran lagi "bukannya Nikon makin gede nomornya makin mahal dan makin rumit?", Ya, stigma lainnya adalah masyarakat sering mengatakan bahwa kalau Canon makin kecil angkanya, makin mahal dan makin bagus, sementara Nikon sebaliknya, itu gua harus bilang TIDAK BENAR. Gua kasih tau ya, Nikon D750 itu lebih mahal daripada D3500, kok bisa?, Gua harus bilang bahwa ketentuan nomor dalam Nikon itu tidak beraturan, mereka lebih fokus pada edisi dan kelas entrinya. Malah, kamera DSLR termahal Nikon saat ini adalah Nikon D5, angkanya sekecil, yap, Nikon tidak memfokuskan edisi pada angka, angka dalam Nikon tidak berpengaruh pada kualitas dan harga, Nikon memiliki klasifikasi sendiri dalam menentukan harga kameranya.

  • Kamera High end professional heavy duty camera, ini adalah kamera yang digunakan completely untuk kebutuhan profesional, dan mungkin hanya yang profesional saja yang ngerti pakenya. Dalam edisi ini, Nikon menggunakan angka 1, sehingga kamera pertama dalam edisi ini adalah Nikon D1 yang rilis pada tahun 1999, dan kamera terbarunya adalah Nikon D5 FX yang rilis pada tahun 2016. Nikon D5 sendiri rilis dengan harga >90 juta. 
  • Kamera High end prosumer but non-heavy duty kamera, ini adalah edisi kamera yang digunakan untuk profesional juga, namun bedanya dengan yang diatas, edisi ini tidak diperuntukan untuk heavy duty. Bisa dilihat pada gambar dibawah untuk kamera Nikon edisi ini. 
  • Kamera Midrange professional usage, edisi ini juga memberikan kamera yang dibutuhkan untuk penggunaan profesional, namun dengan harga yang lebih terjangkau, btw kamera gua, Nikon D90 ada di edisi ini, wajar lah dulu gua kebingungan pakenya. 
  • Nah Upper entry level, nah ini kita udah masuk ke edisi kamera yang diperuntukkan untuk konsumen awam. 
  • Entry level. ini juga khusus untuk orang awam, gua gak tau banyak perbedaanya ama yang diatas, tapi di edisi ini setau gua kameranya lebih ringan, ini adalah kamera 2 kamera edisi consumen
Itu adalah kamera-kamera Nikon yang sesuai dengan edisinya masing-masing, bener kan kalo Nikon itu tidak berkebalikan dengan Canon, Nikon tidak menggunakan angka sebagai patokan edisi, intinya Nikon itu lebih memberi leluasa kepada para fotografer, terutama yang profesional. 

Disini, gua gak bermaksud promosi, tapi gua lebih ingin meluruskan persepsi orang-orang aja terhadap Nikon, bagaimanapun ya in the end of the day, it's not about the gear, but it's about the skill, meski begitu tetap yang namanya profesionalisme pasti membutuhkan gear yang baik juga. Dan menurut gua, opini pribadi gua ya Nikon cukup tepat untuk kalian yang ingin mendalami, atau bahkan berprofesi sebagai fotografer. 

Rabu, 24 Oktober 2018

Poligami

Ini sebenarnya topiknya udah lama banget keangkat dan gua cukup telat juga ngasih pendapatnya tapi yaaaa gak ada salahnya untuk tulis disini. Jadi berawal dari video Vice Indonesia yang membahas masalah poligami di Indonesia (klik 📹 untuk lihat videonya), trus dibahas lagi oleh Gita Savitri, gua emang kadang nonton vlognya dia meski gak begitu sering, jadi dia meneruskan pembahasan dari video Vice Indonesia ( ini lagi videonya 📹 ). Nah di video vice ini memang mereka mengambil narasumber dari dua sisi yang pro dan yang kontra. Yah gua sebenarnya agak males untuk mengulang yang dikatakan Gita atau yang dari video vice jadi gua mulai based on my opinion aja, sekalian biar keliatan agak kreatip dikit. 

Jadi gua punya Alqur'an terjemahan yang ada membahas tentang Asbabun Nujum suatu ayat, dimana yang gua baca untuk ayat yang sering orang jadikan referensi itu ya Surat An-Nisa ayat 3 dimana dikatakan nikahi 2,3 atau 4. Jika kita baca tentang Asbabun Nujum dari ayat ini, dikatakan bahwa saat itu memang ayatnya turun pasca perang, dimana saat itu wanita janda sangat banyak namun mereka ditinggal Syahid oleh suaminya sehingga mereka tidak lagi memiliki tumpuan hidup, ataupun seseorang yang bisa bertanggung jawab atas hidup mereka. Akhirnya Rasulullah, dan para sahabat menganjurkan yang lain untuk menikahi setiap wanita-wanita ini agar mereka memiliki seseorang untuk menjadi tumpuan, namun Islam sendiri juga mengatur dengan ketat, dan memang poligami itu sudah ada far before Islam, dan karena Islam itu memperbaiki sifat jahiliyah kaum-kaum tersebut, maka Islam membatasi yang sebelumnya mungkin punya 10 atau 15 atau mungkin 20 istri, oleh Islam di batasi cukup maksimal 4 dan syaratnya pun sangat ketat. Dan dalam keadaan genting ini lah dimana banyak wanita yang sengsara karena ditinggal mati suami mereka di medan perang, maka poligami pun diterapkan namun tetap dalam batas yang sudah diatur oleh Islam dan alasan yang benar. 

Tapi kebanyakan orang sekarang memilih poligami justru lebih ke alasan seksual yang menurut gua sih not makes any sense gitu loh. Masa iya bersembunyi dibalik Agama untuk sesuatu yang lebih bersifat "self benefit". Ya intinya gitu lah yang gua tau, dan untuk opini prbadi gua sangat ANTI dengan yang namanya poligami, karena yaaa kalo lu liat di video Vice itu, gua lebih setuju dengan kata si Ibu yang pakar Islam itu dimana dia mempertegas bahwa Islam sebenarnya tidak menganjurkan poligami, apalagi sampe memposisikan poligami sebagai "Ibadah", itu lebih gak makes any sense sih, lebih gak masuk akal. Dan si Ibu ini juga memberikan ayatnya lagi dari Surat yang sama, jadi sebenarnya apa yang gua liat, dari sisi pandang yang gua lebih setuju, gua sih gak setuju dengan poligami. Memang Islam tidak melarang poligami tapi Islam tidak juga menganjurkan.


Jumat, 05 Oktober 2018

Kasus Ibu Ratna Sarumpaet

Ini beritanya masih fresh banget nih, jadi mumpung masih fresh langsung gua tulis aja. Jadi Ibu Ratna Sarumpaet ini baru saja membuat 3 kehebohan dalam waktu kurang dari seminggu. Bermula dari dirinya yang mengakui bahwa baru saja dianiaya sampai mukanya lebam-lebam, dimana dia mengatakan bahwa dirinya dianiaya oleh sekelompok orang. Hanya dalam hitungan hari tiba-tiba viral Ibu Ratna berbicara pada pers bahwa semua kasus tentang aniaya ini adalah kebohongan belaka. Dan barusan Ibu Ratna kepergok di bandara Soetta untuk pergi ke Cile. Semua kronologi itu terjadi hanya dalam waktu bahkan kurang dari 1 minggu yang menurut gua it's a complete shock, dan gua sendiri shocked banget ketika gua denger tentang pengakuan Ibu Ratna, dan barusan kaget lagi denger berita Ibu Ratna mau pergi ke Chile untuk menghadiri pertemuan seniman.

Jujur ya, gua gak tau sih apa yang ada dalam pikiran Ibu ini sampe segitunya membuat kehebohan. Tapi yang pasti menurut gua, berita ini betul-betul jadi pukulan keras untuk Bapak Prabowo. Karena gimana ya, yaa dia kan adalah pendukung hardcore Bapak Prabowo dan dia sangat vokal dalam mengkritik pemerintahan Bapak Jokowi, jadi yaaa dengan adanya isu ini menurut gua bisa menjatuhkan elektabilitas Bapak Prabowo. Karena ya tau aja, suporter hardcore dari dua kubu kan terus menerus menyerang satu sama lain, dan disini kita tau bahwa suporter hardcore Bapak Prabowo itu sangat sensitif dengan yang namanya hoax dan sering mengatakan bahwa suporter Bapak Jokowi ini sering menyebarkan hoax dan membesar-besarkan suatu isu. Nah dengan munculnya berita ini ya pastinya it's a tumbling moment karena sekarang ya suporter hardcore Jokowi jadi punya banyak celah untuk menyerang Prabowo. Intinya ya ini bisa menjatuhkan elektabilitas Bapak Prabowo.

Gua sih menganalisis dari Ibu Ratna ini mengapa dia menyebarkan berita hoax sedemikian rupa, menurut gua sih, karena Ibu Ratna ini sangat hardcore dalam mendukung Bapak Prabowo, yaaa menurut gua dia membuat hoax aniaya ini sebenarnya lebih ke counter attacking kepada suporter hardcore Bapak Jokowi. Karena memang suporter hardcore Bapak Prabowo ini lebih sering di relate ke masalah isu SARA, radikalisme dan tentunya kekerasan, apalagi mereka afiliasi dengan FPI yang kita tau dimata pendukung Jokowi itu udh jelek banget imagenya, dan juga sering di relate ke violence. Mungkin Bu Ratna ini ingin memanfaatkan lebam dimukanya itu untuk counter suporter Jokowi, macam gini, "hei, liat nih, gua dipukulin sampe lebam kayak gini, kalian bilang kita ini sering melakukan kekerasan, liat nih, gua dipukulin oleh orang yang sama dengan kalian, gua jadi korban kekerasan, jadi masih bilang kita ini violence ?", nah kemudian dia mendatangi fadli zon, Bapak Prabowo dll untuk mencuri simpati dan kemudian secara otomatis, pendukung hardcore Jokowi lah yang akan dituduh melakukan kekerasan tersebut oleh pendukung hardcore Prabowo. Tapi ya itu, kejadian anehnya adalah bagaimana Bu Ratna ini tidak ingin diperiksa polisi, dan cenderung menghindari polisi, dan perlahan-lahan lebamnya hilang, dan mulailah disitu terancam, bagaimana ini kelanjutannya ?. Well yaaa, akhirnya daripada nanti counter dari pendukung Jokowi malah menajam, akhirnya ya pilihan satu-satunya adalah meluruskan kejadian itu. Tapi menurut gua, untuk Prabowo ya itu kayak maju kena mundur kena. Karena kalo Bu Ratna tidak meluruskan, pasti suporter Jokowi bakal melakukan penyelidikan dan pasti itu akan ketahuan dan jadi pukulan untuk Prabowo karena terus menerus membela Bu Ratna, disisi lain ya pengakuan ini juga menjadi pukulan untuk Prabowo karena berarti dia sudah membela orang yang salah, dan akhirnya bisa jadi menurunkan elektabilitasnya.

Gua sih menghargai pengakuan Bu Ratna, karena memang hoax itu sangat sensitif, dan di zaman sekarang ini ya, sangat sulit memilah mana isu yang benar dan mana yang tidak. Dalam level internasional saja sudah sangat banyak hoax menyebar, apalagi level Indonesia. Intinya yaa untuk kita sebagai masyarakat awam, jangan pernah sekali menerima berita langsung percaya, ya harus di selidiki dulu kebenarannya dan barulah mempercayai berita itu. Itu lah mengapa gua pada postingan sebelumnya, tepatnya di postingan drama pilpres gua menekankan untuk memandang segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, hal ini adalah contoh simpel yang bisa kita jadikan pelajaran, karena setiap sudut pandang yang berbeda itu bisa menjadi hubungan mutual, juga bisa menjadi tabrakan, dan dengan memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang juga bisa meningkatkan persepsi kita dan kemudian bisa membuat kita lebih mengerti dalam memilah sesuatu, dan nantinya bisa menambah kedewasaan dan lebih bijak dalam mengambil keputusan.