Sabtu, 30 Maret 2019

Partisipasi Bali Asia MUN

Untuk postingan kali ini gua pengen kasih tau tentang Bali Asia MUN. Jadi untuk yang belom tau MUN itu adalah "Model United Nation" yang berarti adalah simulasi United Nation atau di Indonesia dikenal dengan PBB. Event MUN itu banyak digelar dimana-mana, dan untuk MUN yang gua ikutin ini merupakan proker dari organisasi International Global Network atau IGN. IGN sendiri adalah international NGO yang secara khusus mempersiapkan future leader. IGN ini memang mengedepankan pembentukan karakter orang-orang muda atau youth untuk lebih membuka wawasan, memperluas persepsi untuk nantinya suatu saat mungkin mereka akan terlibat dalam politik dunia, dan itulah kenapa proker mereka mostly MUN. 

Acara MUN yang gua ikutin ini total 3 hari, dari hari Jumat tanggal 22 sampai hari minggu tanggal 24. Dalam acara ini, setiap peserta akan diberi gelar delegates, karena memang setiap peserta ketika mendaftar agak seperti SBMPTN dimana kita akan diberi 3 pilihan, namun pilihan ini bukan univ dan jurusan melainkan council mana yang akan kita masuki dan negara apa yang akan kita representasikan. Dalam acara ini, council yang tersedia merupakan council-council besar yang memang berada dibawah naungan PBB yaitu UNESCO, UNWTO, IMF, IMO, WHO dan FAO, silakan browsing sendiri untuk tau tentang 6 council diatas. Pas register online, gua gak inget pilihan gua, gua inget cuma gua pilih UNESCO dan negara pilihan gua adalah Turki. Tapi setelah diumumkan gua malah masuk UNWTO (UN world tourism organisation) yang dimana council ini memfokuskan dalam bidang wisata, dan negara yang gua dapet adalah Iran. Sebenarnya agak nyesek juga ya karena gua tau apa tentang Iran selain dari film mereka yang gua udah bikin review-nya dan juga mungkin untuk orang Indonesia mostly memandang Iran sebagai "Shi'ah" yang dibilang ajaran sesat dan bukan bagian dari Islam. Setelah kita mendapat negara alokasi, kita diberi tugas untuk membuat paper dimana paper yang kita buat adalah mengenai posisi negara yang kita wakilkan untuk isu yang akan mereka bahas saat meeting session. Hal ini manfaatnya adalah agar kita bisa lebih mengenal dengan baik negara yang kita wakilkan, Gua searching tentang turis di Iran agak nihil sih, akhirnya gua belajar dari vlog-vlog traveler yang pernah berkunjung ke Iran dan well ternyata Iran not bad lah. 

Hari pertama acara MUN ini hanya acara pembukaan, gak perlu dibahas panjang karena yaaa itu gak jauh-jauh dari pengenalan, inti dari acara ini adalah saat hari kedua, dimana memang itu adalah sesi yang memang kita melakukan prosedural yang persis seperti saat PBB. Sesi ini dijalani dengan serius karena memang ini adalah sesi simulasi kita betul-betul menjalani seperti apa yang ada didalam PBB. Meja yang diatur juga seperti PBB dimana setiap kursi juga diatur dengan negara yang diurut sesuai abjad. Dalam UNWTO ini, ada 62 negara yang dialokasikan dalam sesi ini, seluruh prosedur berjalan dengan Bahasa Inggris. Nanti akan ada satu isu yang berkaitan dengan tema yang udah ditentukan, dimana setiap negara akan mengajukan isu, dan ketika satu isu sudah disetujui oleh 50+1% orang di council, maka isu tersebut yang akan dibahas, dan diakhir sesi adalah sesi draft resolution dimana kalau resolusi tersebut di setujui oleh 50+1%, maka itu yang akan diambil, dan apabila kurang, maka akan lanjut ke amandemen. Intinya, acara pada hari kedua adalah sebuah diskusi berbentuk parlemen persis seperti didalam PBB.

Hari ketiga merupakan acara penutup sekaligus pemberian penghargaan untuk delegasi terbaik. Dihari ketiga juga kayak identitas yang terbuka karena hari ketiga merupakan malam puncak budaya dimana seluruh delegates harus memakai dress code berupa baju adat dari negara atau daerah mereka tinggal. Gua sih cuma pakai batik aja karena emang gak punya baju adat lain selain batik, disini akhirnya gua tau bahwa ternyata delegates banyak berasal dari negara-negara yang jauh, ada yang dari Amerika Latin, Jerman, Azerbaijan, Irak, tapi mostly kebanyakan dari Indonesia, Filipina, Malaysia dan India, disini juga delegates pada perform budaya dari negara mereka, intinya seru-seruan lah.










Jumat, 01 Maret 2019

Review film The Salesman


Dua tahun yang lalu gua ngepost tentang film Iran yang berhasil memenangkan Academy Award untuk kategori "Best foreign language film", dimana gua juga janji untuk tulis review-nya. Sebagai informasi, film ini mendapat nominasi dan penghargaan diwaktu yang sangat tidak bagus yaitu pasca menangnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika. Dan udah pada tau juga kalo dia melarang masuk warga negara dari 7 negara Islam ke Amerika. Dan salah satu negara yang warganya dilarang masuk ke Amerika adalah Iran. Yaaa pastinya para kru, sutradara dan aktor film ini, karena mereka udah masuk nomnasi, sebenarnya bisa dapat pengecualian, tapi karena mereka ingin menghargai sesama warga Iran yang dilarang pergi ke Amerika, mereka memutuskan untuk tidak hadir pada acara Academy Award ini. Film The Salesman sendiri mendapat review positif, contohnya dari Rotten Tomatoes, film ini mendapat 96% approval yang berarti memang film berkualitas. 

Gua sendiri lama tidak menulis review-nya karena emang gua juga belom nonton dan gua sebenarnya gak tau apa film ini masuk Indonesia apa nggak tapi yaaa gua baru dapet filmnya baru-baru ini. Alur film ini adalah alur maju, jadi tidak ada flashback sama sekali, ataupun mundur. Film ini bercerita tentang seorang guru yang juga aktor suatu teater kecil bernama Emad, yang punya istri yang juga sesama aktris dalam teater tersebut bernama Rana. Suatu hari apartemen mereka nyaris runtuh, dan demi keselamatan, mereka memutuskan untuk pindah dari apartemen itu dan tinggal di apartemen lainnya dikota Tehran. Suatu hari Emad pulang rumah lebih larut, dan dirumah Rana sedang mandi, dan dia mendengar bunyi bel, dan dia membuka pintunya dan setelah itu dia berakhir dirumah sakit. Emad yang baru pulang kebingungan melihat istrinya tidak ada dan kemudian mencari istrinya dirumah sakit, dia sendiri ke rumah sakit karena menemukan bercak darah pada shower kamar mandinya. Usai pulang, Rana mengalami shok dan trauma, dia sendiri menceritakan kalo ada orang masuk pas dia lagi mandi dan memukul dia. Orang tersebut ninggalin hape, uang dan mobilnya. Emad rencana pengen pergi ke polisi, tapi dilarang oleh Rana dan dari 3 petunjuk yang ditinggalkan oleh pelaku, dia akhirnya memutuskan untuk mencari pelakunya sendiri. Menggunakan mobil yang ditinggal oleh pelaku, dia menemukan ternyata mobil tersebut digunakan oleh toko roti yang dikelola oleh seorang pria muda bernama Majid. Melihat penampilan Majid, dia mengira Majid adalah pelakunya, dan dia pun memutuskan untuk menjebak Majid dengan membawanya ke apartemennya yang nyaris runtuh. Ketika dia disana untuk menunggu Majid, ternyata yang datang adalah calon mertuanya yang sudah sangat tua, diapun menceritakan tentang istrinya kepada calon mertua Majid ini, namun melihat tingkah laku pria tua tersebut dan juga melihat penolakannya untuk bekerja sama untuk mengadili Majid, Emad sadar bahwa calon mertua Majid adalah pelaku sebenarnya, diapun mengurung pria tua tersebut diruangan kecil. Ketika dia kembali keruangan tersebut, Majid tidak sadarkan diri dan ternyata dia memiliki penyakit stroke. Emad pun meminta keluarganya termasuk Majid untuk menjemput pria tua tersebut, namun dia meminta pria tua tersebut untuk mengakui perbuatannya dihadapan keluarganya sendiri. Namun bagaimanapun, pria tua tersebut tidak mengakuinya sampai dia akhirnya meninggal ketika sedang dibawa keluarganya pulang. 

Secara garis besar, cerita ini sebenarnya hanyalah penggalan kisah tragis suatu keluarga kecil, namun yang membuat film ini berkualitas adalah bagaimana mereka mampu mengemas cerita ini dengan menarik, dan juga membuat penonton penasaran, selain itu juga kekuatan akting para pemainnya sangat bagus dimana aktingya itu bukan sekedar akting abal-abal, tapi memang aktingnya itu menggambarkan suatu kejadian yang seperti mereka itu ada didunia yang nyata. Pemainnya sendiri adalah Shahab Hosseini sebagai Emad dan Taraneh Alidoosti sebagai Rana dan beberapa pemain lainnya. Sutradara film tersebut adalah Asghar Farhadi. Ini adalah film kedua Iran yang berhasil memenangkan Oscar atau Academy Award, dimana film Iran pertama yang memenangkan Oscar adalah A Separation yang juga disutradarai oleh Asghar Farhadi.