Sebenarnya ini telat nulisnya, karena emang gua gak bawa laptop. Jadi meneruskan setelah gua apply visa ke Belanda, gua pergi ke Belanda pas pertengahan Januari kemaren, tepatnya gua berangkat dari Jakarta tanggal 11 Januari jam 11 malem menggunakan maskapai Garuda Indonesia penerbangan langsung ke Amsterdam. Penerbangan ke Amsterdam berlangsung selama 14 jam, gua juga balik pakai Garuda langsung dari Amterdam. Ini adalah kali pertama gua terbang dengan Garuda Indonesia dan meskipun pelayanan kabin dll yaa udah bertaraf bintang lima, tapi gua jadi gak enjoy karena lamanya penerbangan, jadi gak enjoy, jujur gua setelah penerbangan ini, gua gak mau lagi terbang lebih dari 8 jam karena jujur aja, gak tahan sih, gua mending transit kalo penerbangan lebih dari 8 jam. Oke back to journey, gua berangkat ke Amsterdam jam 11 malem setelah delay 45 menit. Service Garuda sangat excelent, gak heran dapet ★★★★★.
Gua nyampe di Bandara Schipol Amsterdam jam 8 pagi waktu sana dan karena winter, suhu pas gua dateng itu 8 derajat celsius dan waktu itu hujan. Hujannya gak deras, tapi gak gerimis juga, dan lama juga. Gua dijemput sama sepupu gua yang tinggal disana, dari Schipol kita pergi ke kota kecil deket Rotterdam namanya Moordrecht, 1 jam dari Schipol. Inilah kota Moordrecht
Disana gua tinggal dirumah buyut gua yang berusia 93 tahun dari bokap gua. Gua di Belanda selama 5 hari, gua mengunjungi kota Amsterdam, Rotterdam, Utrecht, Leiden, Gouda, Leylistad dan The Hague. Tanggal 16 Januari gua pergi ke Brussels naik kereta dan stop di Stasiun Midi dan spend dua malam disana, baru tanggal 18 gua pergi ke Munchen buat nyusul bokap nyokap gua, kesana naik bus. Gua di Munchen selama 8 hari, kemudian tanggal 25 Januari pergi ke Vienna, dan tanggal 28 balik ke Belanda, dan spend sisa tiga hari disana balik ke Indonesia tanggal 1 Februari.
Dari yang gua amati secara langsung, Eropa itu sebenarnya untuk tipe kota itu bisa dibilang yaaa sama semua, mereka secara arsitek itu memang sangat berseni, tapi untuk sistem sosial, tiap negara memiliki ciri khas masing-masing. Terlepas dari tensi politik di Eropa saat ini, gua melihat masyarakat mereka sangat oke dalam menjalani kehidupan mereka. Oiya, gua selama jalan-jalan disana itu gak pernah pake guide sama sekali, dan gak juga pake tour, sehingga gua yaaa jalan-jalan disana mostly pake transport umum, paling pake mobil pas di Belanda doang, karena emang ada sodara jadi kemana-mana dianter, tapi tetep disana sering juga pake transport umum. Kalo gua sih lebih refer untuk travel itu yaaa sendiri gitu, maksudnya yaaa mandiri, gak pake tour atau travel, karena dengan cara ini ya kita bisa merasakan seperti apa hidup ditempat tersebut, menurut gua itu lebih beneficial sih, jadi bisa lebih hemat juga, dan gua disana juga gak pernah nginep dihotel, selalu nginep di apartemen yang disewakan di air bnb.
Dari kota-kota yang kemaren gua kunjungi, inilah peringkat favorit gua, sekaligus skornya
- Munchen 92
- Utrecht 87
- Vienna 85
- Rotterdam 83
- The Hague 82
- Gouda 80
- Leiden 79
- Amsterdam 74
- Brussels 62
Dari kota-kota diatas, pasti mikir kenapa Amsterdam gua taruh kedua paling gak favorit dan kenapa Brussels skornya jauh dibawah, oke ini penjelasannya.
Selama gua disana, gua menilai kota-kota dari tingkat kebersihan, kerapihan tata kota, lalu lintas, keamanan, dan efisiensi transportasi umum. Amsterdam nilainya jatuh karena legalnya ganja disana, dan gua kena gen nyokap gua yang alergi terhadap ganja, kalau gua nyium ganja, langsung pusing dan hidung gua meler, itulah yang menjadi minus di Amsterdam. Kalau Brussels minusnya di kebersihan kota, lalu lintas, keamanan dan efisiensi tranportasi umum. Untuk Brussels gua gak begitu terpesona, dari pas nyampe di stasiunnya aja gua gak terpesona, biasanya tipikal stasiun di Eropa itu modern, arsitektur keren, peronnya jugaaaa, pas gua turun dari kereta aja, entah ya, gua mikir "kok bagusan peron stasiun kota ya daripada Gare du Midi Bruxeles". Trus pas keluar dari stasiun, jalanannya kotor gitu, sampah dimana-mana, pengemis dimana-mana, aspal jalanan juga rusak-rusak gitu, udah gitu kotanya juga kurang aman gitu, bayangin aja, baru dateng aja, make up poach punya kakak gua langsung kecopetan, untung bukan dompetnya, si copet ngira tempat make up kakak gua itu dompet. Orang-orangnya juga pada gak bisa bahasa Inggris, trus orang-orang gila, entah gila, entah mabok, selalu berkeliaran dimana-mana, itulah kenapa skor Brussels jatuh banget.
Gua akan bahas lebih lanjut tentang perjalanan gua di Eropa kemaren di postingan beriktunya.
Oiya gua juga pas di Vienna makan di restoran Der Wiener Deewan yang ditunjukan di film 99 Cahaya di langit Eropa.
0 komentar:
Posting Komentar