Jumat, 26 Juli 2019

The up and down of Jakarta


Jakarta adalah hal yang paling tidak asing ditelinga orang Indonesia karena memang kota ini merupakan ibukota sekaligus kota terbesar di Indonesia. Bila orang ditanya tentang Jakarta, jawaban mereka akan bervariasi mulai dari macet, polusi, politik, MRT, dll, intinya setiap impresi orang terhadap Jakarta cukup bervariasi. 
Bagi gua, Jakarta merupakan cerminan naik turunnya negara Indonesia, gua memang bukan nasionalis, namun demikian dimana bumi dipijak, disitu kita harus menjunjung, jadi bagi gua, selama tinggal di Indonesia, gua harus mengenal tempat ini, meskipun gua tidak membanggakan ataupun mencintainya. 

Gua baru-baru ini menemukan akun di Instagram bernama "Indonesia Tempo Doeloe" yang dimana akun ini memperlihatkan foto-foto beberapa bagian kota-kota besar di Indonesia pada jaman dulu dan membandingkannya dengan yang sekarang. Jujur aja, setelah menemukan akun ini, gua sebetulnya terpukau dengan bagaimana kota-kota besar di Indonesia terutama Jakarta pada masa penjajahan Belanda dan dekade awal kemerdekaan. Jujur aja, gua terpukau dengan bagaimana Jakarta dulu. Gua sudah mengunjungi beberapa negara seperti Australia, Turkey, Belanda, Belgia, Jerman dan Austria, dan dengan mengunjungi negara-negara ini, gua memang merasa Jakarta itu sudah sangat tertinggal dan sangat jauh kualitasnya dibandingkan dengan kota-kota dari negara-negara yang sudah pernah gua kunjungi. Baru-baru ini gua juga menemukan video yang memperlihatkan sejarah trem yang ada di Jakarta, ya Opa gua emang bilang kalo dulu di Jakarta pernah ada trem, dan karena itu sudah gak ada lagi di Jakarta, gua gak begitu tertarik sampai akhirnya gua menemukan video tentang sejarah trem Jakarta di youtube. Setelah melihat video ini dan juga menggabungkan beberapa persepsi gambar yang ada di akun instagram diatas, gua tahu bahwa Jakarta pernah memiliki masa gemilang dimana Jakarta sebenarnya tidak kalah dengan kota-kota besar yang ada di negara-negara maju. 


Kalo yang belom tau tentang trem, bisa dilihat pada postingan gua pas awal-awal blog, di arsip ditahun 2017 awal-awal disitu gua ada tulis tentang transportasi umum. Jadi intinya trem adalah transportasi rel namun mampu bergabung dengan jalanan. Dulu memang saat dunia mengalami modernisasi, terutama di negara-negara maju, trem memang banyak ditinggalkan dan digantikan dengan metro atau yang kita kenal dengan sebutan MRT karena memiliki akses yang lebih cepat, namun jika dilihat sekarang ini, dan juga termasuk dikota-kota yang udah gua kunjungi diluar negeri, gua melihat kehadiran trem mulai muncul lagi, hampir diseluruh kota yang gua kunjungi mulai dari Adelaide, Melbourne, Istanbul, Konya, Izmir, Amsterdam, Rotterdam, Brussels, Munich sampai Vienna, semuanya memiliki transportasi trem. Jakarta pada awalnya pun juga punya trem, namun ya memang beberapa kota juga dulunya punya trem seperti London namun sekarang tidak lagi karena memang ada waktunya dimana trem ditinggalkan dan Jakarta menjadi salah satu kota yang meninggalkan trem. Disini poin yang gua tekankan bukan tremnya, namun lebih kearah bagaimana dulu Jakarta pernah mengalami masa gemilang dan tentunya tidak kalah dari kota-kota maju lainnya didunia, bahkan di Asia Tenggara sendiri, Jakarta adalah yang paling maju, kota lain seperti Bangkok, KL, Manila, Singapore semuanya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Jakarta. Gua lebih senang melihat gambar kota Jakarta pada jaman dulu kebanding Jakarta yang sekarang. 

Pada akun instagram diatas, memang diperlihatkan gambar-gambar then and now dari Jakarta, dan jika dilihat dari gambar-gambarnya, kita bisa melihat perubahan yang sangat-sangat jauh dan signifikan. Untuk kota-kota yang udah gua kunjungi, kebanyak kota yang memukau gua adalah kota di Turki, well di Belanda gua juga terpukau dengan Amsterdam dan Utrecht, selebihnya untuk kota-kota di Eropa dan Australia, meskipun mereka menyuguhkan keindahan, gua tidak terpukau karena memang kota-kota tersebut memiliki pemandangan yang relatif sama. Untuk kota-kota di Turki, gua sangat terpukau karena memang jika kita melihat gambar then and now untuk contohnya Istanbul, kita bisa melihat perubahan kota tersebut tidaklah signifikan sehingga kapanpun kita berkunjung kesana, kita serasa go back in time


Untuk kota-kota di Eropa, gua bisa memaklumi kemiripan setiap kota memang disebabkan karena kebanyakan kota di Eropa pernah hancur pasca perang dunia kedua sehingga mereka membangun lagi kota-kota tersebut dari awal dan dengan identitas dan standar ilmu perencanaan yang sama, maka tidak heran kota-kota di Eropa sangat mirip antara satu dengan yang lainnya. Untuk Jakarta, jujur gua tidak mengerti bagaimana dulu pemandangan yang disuguhkan adalah keindahan yang tidak kalah dari kota-kota lainnya di Eropa, sekarang justru berubah drastis dan malah jadi kota pesakitan, padahal Jakarta tidak pernah hancur seperti kota-kota di Eropa pada umumnya. Padahal kalau kita melihat Turki yang memang netral sepanjang PD II, ya wajar saja mereka cukup berbeda dengan kota lainnya di Eropa, karena memang mereka tidak ada kota yang hancur, dan mereka terus memelihara setiap bangunan, jalan, pemukiman yang sudah ada untuk tetap bisa tampak seperti itu, dengan sedikit perubahan kecil namun tetap sama. Namun sayangnya tidak untuk Jakarta, jika kita ke bagian bersejarah di Jakarta, kebanyakan sudah tidak lagi nampak seperti yang dulu. Beberapa tempat yang masih nampak seperti dulu tidaklah banyak seperti di Kota Tua. Gua melihat hanya Kota Tua tempat di Jakarta yang memberi nuansa go back in time , selebihnya tempat lain seperti Jatinegara, Glodok, Harmoni, Senayan dll, sudah tidak lagi berbentuk, atau mungkin kata vulgarnya adalah sudah rusak. Gua sendiri tidak mengerti bagaimana Jakarta berubah kearah "bawah" padahal dulunya merupakan kebanggaan di Asia Tenggara, bahkan dengan kemajuan dan kegemilangan Jakarta, tidak heran Singapore sempat ingin menjadi bagian dari Indonesia. Gua melihat pemeliharaan kota yang sudah ada ditambah dengan pembangunan area kota yang baru seluruhnya dilakukan dengan cara yang salah, tidak heran Jakarta memiliki area kumuh yang sangat luas karena memang pembangunan dan pemeliharaan kota Jakarta dilakukan dengan cara yang salah dan itu berlanjut selama beberapa dekade. Gua sendiri tidak mengerti bagaimana kita terus melakukan kesalahan selama beberapa dekade sehingga membuat Jakarta yang pada awalnya berada pada nomor 1 di Asia Tenggara menjadi salah satu yang paling tertinggal di Asia Tenggara. Kuala Lumpur, Bangkok dan Singapore padahal dulunya tidak memiliki apa-apa, dan mereka melihat Jakarta dengan tatapan yang iri, namun sekarang justru mereka telah melampaui Jakarta, mereka tidak lagi melihat Jakarta dengan tatapan iri, instead kitalah yang iri melihat mereka. 

Itulah ironi Jakarta yang gua tumpahkan dalam postingan ini, gua jujur sangat cinta dengan Jakarta yang dulu, Jakarta yang indah, Jakarta yang maju dan Jakarta yang menjadi pesaing kota-kota maju lainnya. Sekarang Jakarta sudah sangat berbeda, keindahan Jakarta yang dulu hanya dapat dilihat dari arsip foto-foto yang disimpan entah di perpustakaan ataupun museum, namun intinya kita tahu bahwa Jakarta dulu adalah kota dengan keindahan dan kemajuan yang memukau, dengan tata kota bangunan yang menyaingi kota-kota di Eropa, dengan keberadaan trem yang juga menyaingi kota-kota di Eropa, itulah kegemilangan Jakarta yang sejujurnya andai masih dapat terlihat sampai sekarang. Meski begitu gua melihat beberapa effort pembangunan yang dilakukan agar Jakarta tidak kalah dengan kota lainnya di Asia Tenggara seperti MRT, LRT, Airport Rail dll, namun semua effort tersebut tidak dapat mengembalikan keindahan Jakarta seperti pada foto-foto arsip Jakarta. Semua effort dan pembangunan tersebut mengarahkan Jakarta untuk mengikuti modernitas pembangunan dan tidak mengembalikan sejarah dan keindahan yang dulu pernah ada. 




Jumat, 19 Juli 2019

Review Film X-Men : Dark Phoenix


Untuk postingan ini gua ingin memberikan review tentang film X-Men : Dark Phoenix, spoiler alert ya, untuk yang belom nonton better not to read this. Oke, untuk Marvel, gua memang lebih ke penggemar X-Men Universe kebanding Avenger, karena memang kalo X-Men gua dah ngikutin dari kecil, jadi ya emang lebih banyak ngerti untuk X-Men kebanding Avenger. 

Untuk rangkaian film X-Men, Dark Phoenix ini merupakan film kedua belas  dari rangkaian seri film-film X-Men. Sejujurnya, terlepas dari kecintaan gua terhadap X-Men, harus gua akui beberapa film terakhir tidak memuaskan gua, terutama Days of Future past dan Dark Phoenix ini sendiri. Untuk bisa mengerti film X-Men secara keseluruhan karena ini merupakan film seri, jadi lebih baik menonton filmnya dari awal, dari film X-Men yang pertama, dimana film pertamanya dirilis tepatnya pada tahun 2000. Yaps, ini memang serial yang cukup sukses dalam industri perfilman dunia. Untuk timeline atau jalur waktu yang disuguhkan pada film X-Men sendiri, urutan film tidak menandakan timeline yang benar, btw timeline X-Men gua bagi dua, sebelum dan sesudah diubah di X-Men Days of Future past, ini gua berikan timeline-nya

Sebelum diubah
X-Men Origins : Wolverine (Logan/Wolverine berusia lebih tua dari Charles, masa awal Logan)) → First Class → Days of Future Past (sebelum sejarah diubah) → Origin Wolverine (masa-masa sebelum sampai bertemu Charles) → X-Men 1 → X2 → The Last Stand → The Wolverine → Days of Future Past (ketika perang, dalam proses mengubah sejarah)

Sesudah diubah
X-Men Origins : Wolverine (sejarah awalnya tak pernah diubah) → First Class → Days of future past (setelah diubah) → Apocalypse → Dark Phoenix → Deadpool → Deadpool 2 → Days of future past → Logan

Okay, untuk yang masih belom mengerti, jadi di film X-Men : Days of future past, sejarah diubah. Jadi ceritanya adalah dimana pada tahun 2023, terjadi pembantaian terhadap kaum mutan secara besar-besaran menggunakan robot yang sangat immune atau kebal dari seluruh bentuk kekuatan mutan bernama sentinels yang diproduksi dengan jumlah yang sangat banyak. Sentinels sendiri sudah bermula sejak tahun 1973, dan kunci terwujudnya program tersebut adalah Raven atau Mystique. Karena program sentinels terwujud karena kesalahan Raven dimasa lalu, maka Profesor Charles mengirim Logan kembali ke tahun 1973 untuk mengubah sejarah agar Raven tidak pernah melakukan kesalahan tersebut. 

Sebetulnya Days of future past itu bagi gua sangat wrecker bagi cerita X-Men sendiri karena hasil dari film ini adalah timeline yang berubah dan sebenarnya meskipun plot dan kualitas film yang disuguhkan itu berkualitas, tapi hasilnya kalau bagi gua pribadi adalah kekecewaan karena ini berarti cerita yang disajikan pada 6 film sebelum Days of future past itu menjadi sebuah cerita kosong yang akhirnya kita tidak lagi menemukan makna dari film-film tersebut, karena pada akhirnya seluruh cerita difilm-film itu menjadi cerita yang tidak pernah ada, dan itulah kekecewaan gua sebagai pecinta X-Men. Film Days of future past sendiri juga menimbulkan kebingungan secara kalo dilihat di akhir film yang The Last Stand itu, sejatinya saat itu mutan sudah mendapat jaminan perdamaian dengan manusia, lalu mendadak tanpa ada penjelasan difilm tersebut secara politis, lalu mutan ujuk-ujuk dibantai dan tiba-tiba asal muasalnya dari masa yang jauh sebelum film The last stand. Mungkin kalo ada kejadian khusus setelah film The last stand yang menyebabkan diwujudkannya kembali program sentinels mungkin akan bisa lebih melegakan, tapi entah kenapa alasan vital tersebut justru masuknya ditahun yang itutuh terlalu lama untuk diingat dan terlalu lama untuk sudah dimaafkan, jadinya not make any sense gitu sih. Meski mengecewakan, apparently film ini mendapat rating bagus, ya bagi gua sih ceritanya yang mengecewakan, sisanya sih bagus. 

Oke, back to Dark Phoenix, jadi film ini merupakan entry yang disuguhkan setelah perubahan sejarah. Gua melihat effort sang penulis dan produser untuk memperbaiki jalan cerita setelah perubahan sejarah harus diacungi jempol, apalagi dengan masuknya fitur karakter Deadpool yang akhirnya mengobati kekecewaan para pecinta X-Men. Film Dark phoenix itu mengambil waktu setelah kejadian di Apocalypse dan yang menjadi subjek utama difilm ini adalah karakter Jean Grey, seorang mutan yang gua favoritkan, dia memiliki kekuatan telekinesis, mampu menggerakan objek dengan pikiran, dia juga punya telepati seperti Charles Xavier. Plot singkat film ini adalah, dalam suatu misi keluar angkasa, Jean Grey dihadapkan dengan sebuah ledakan yang instead membunuh dia, justru malah memberikan dia kekuatan yang sudah berada diluar kendalinya sendiri. 
Untuk rating film ini, apparently kali ini, bukan hanya pecinta X-Men yang kecewa tapi pada umumnya pemirsa atau publik juga kecewa dengan film ini. Gua sendiri menilai film ini adalah low point for X-Men, terutama pada harapan dan ekspektasi yang kita berikan pada film ini. Untuk setiap konflik yang disuguhkan, kemudian kualitas video gua sih tetap acungi jempol, namun tetap tidak cukup untuk menutupi kekecewaan. Untuk pecinta film X-Men pasti sudah tau, setiap ada hal yang menggantung disatu film, atau suatu pertanyaan yang tidak terjawab pada suatu film X-Men, maka akan terjawab pada film berikutnya. But not for this movie, justru titik kekecewaan gua pribadi ada pada hal ini. Contohnya adalah, difilm Apocalypse, diketahui bahwa Evan atau Quicksilver merupakan anak dari Magneto. Kita tau bahwa titik kejahatan seorang Magneto adalah rasa duka yang melanda dirinya, apalagi ketika dia kehilangan seorang anggota keluarga. Ketika Evan mengetahui dirinya adalah anak dari Magneto, dia tau bahwa dirinya bisa mengobati luka duka yang ada pada Magneto dengan memberitahunya, namun apparently tidak terwujud di film Apocalypse dan kita berekspektasi tinggi pada film Dark Phoenix bahwa Magneto akan kembali pada Evan, dan ternyata hal tersebut lagi-lagi tidak terjadi. Intinya gua kecewa sekali dengan film ini.

Sama seperti Avenger Universe, pastinya serial X-Men yang lama sudah semestinya diganti dengan yang baru. Dan kita mengharapkan ya Dark Phoenix ini menjadi yang terakhir, tapi somehow endingnya aja dibuat menggantung, dan itu kecewa sekali karena itu diberikan pada film yang akan mengakhiri itu semua. Sampe saat ini belum ada konfirmasi mengenai serial X-Men yang baru selain The New Mutant yang akan dirilis tahun depan dan akan menjadi lembaran baru untuk dunia mutan karena waktu yang diambil adalah masa depan pasca matinya Wolverine. Gua gak tau apakah akan ada lagi film yang mungkin bisa diperuntukkan untuk meluruskan hal-hal yang menggantung difilm Dark Phoenix meskipun it's seems likely to be not, tapi ya who knows, meski begitu gua sih merasa kecewa aja dengan X-Men. 
Ada beberapa rumor yang mengatakan bahwa X-Men nantinya akan bergabung dengan Avengers. Bukannya gua nggak menyetujui atau menentang, gua ngerti secara kedua universe tersebut sama-sama Marvel, namun background kedua universe tersebut tuh berbeda 180 derajat. X-Men adalah sebagian kecil mutan yang menjadi superhero untuk melindungi mutan lainnya dan juga manusia, sementara Avengers adalah orang-orang yang memiliki kemampuan khusus, in fact juga involve some kind of magic etc sehingga bagi gua terdengar mustahil untuk bisa menyatukan keduanya. Meski begitu andaikan ternyata ada penulis dan produser yang bisa membuat cerita yang bisa menyatukan keduanya, itu dia harus untuk mendapat penghargaan. Oke itu aja review gua seputar film X-Men : Dark phoenix