Rabu, 02 September 2020

Go back to Bali

 Di postingan ini gua akan memberikan sedikit update setelah cukup lama tidak menulis. Jadi gua balik ke Bali pas tanggal 23 Agustus. Semua pasti sudah tau bahwa semester ini menteri pendidikan Bapak Nadiem Makarim mengumukan bahwa kuliah akan kembali berjalan online dan perkuliahan dikampus hanya dibatasi sekedar praktikum, lab atau skripsi yang intinya tidak bisa dilakukan dirumah. Technically itulah yang menjadi alasan gua balik karena memang ada mata kuliah praktikum yang gua ambil dan tidak bisa dilakukan sendiri dirumah. Tapi sebenarnya alasan gua balik lebih dari itu.

Jadi gua pulang ke Jakarta sebelum libur nyepi pada tanggal 16 Maret kemaren. Perkuliahan dikampus dihentikan karena ya semua orang juga tau, pandemi, yang sampe sekarang masih berlangsung. Jadi memang awalnya kampus ditutup selama 2 minggu dan memang waktu itu rencananya adalah gua akan balik ke bali saat kampus udah dibuka, tapi kemudian dengan jumlah kasus Covid19 yang terus menerus bertambah di Indonesia membuat penutupan kampus gua diperpanjang sampe 4 kali. Awalnya 2 minggu, kemudian sebulan, kemudian sampe abis lebaran. Gua sendiri juga awalnya rencana dirumah doang hanya 2 minggu, trus ya gitulah, diperpanjang lagi, jadi sebulan, 2 bulan dan akhirnya total lama gua di Jakarta adalah 5 bulan + 1 minggu. 

Jujur aja gua seneng bisa balik, karena memang gua agak kurang nyaman di Jakarta, sebenarnya bukan gua gak nyaman sama keluarga, tapi lebih ke arah yang untuk prokteksi. Nyokap gua itu punya penyakit autoimun, dan orang dengan penyakit autoimun, jangankan virus corona, flu aja mereka udah susah banget. Nah masalahnya adalah gua itu setelah lebaran lumayan banyak keluar, ya memang alasannya adalah karena sejak gua kuliah, gua memang lumayan jadi anak outdoor, gua kurang suka cuma ngerem aja dirumah, makanya pas mall udah buka, PSBB di longgarkan, ya gua akhirnya banyak keluar, ketemu temen dsb. Tapi ya gua keluar pastinya sama aja mengekspos diri gua terhadap virus yang sedang mewabah, dan tentunya ini ya sama aja menaroh ibu gua dalam area resiko, makanya gua berpikir ya daripada gua dirumah doang dan memang kurang produktif, gua sendiri juga udah lama banget gak main bulutangkis yang memang bikin skill gua tuh kering, mungkin kalo udah liat story IG gua yang gua upload, bener-bener kering skill gua, jadi ya gua ngerasa lebih baik gua di Bali, gua bisa lebih produktif, gua juga kembali bisa lebih mandiri, dan ya intinya gua bisa tidak menempatkan ibu gua ke area resiko atau dalam bahasa Inggris jeopardy

Nah tapi jangan beranggapan karena gua sering keluar berarti gua gak takut terhadap virus dan meremehkan situasi, memang bener dalam situasi pandemi seperti ini sebenarnya hal yang paling aman adalah ya stay dirumah aja, tapi ya masa kalian mau ngerem aja dirumah berbulan-bulan, kan gak mungkin, kalian juga kehilangan kesempatan bersosialisasi, blom juga orang yang memiliki usaha sangat terdampak akibat pandemi ini, kita tau diseluruh dunia semua negara ya intinya struggling banget secara ekonomi. Baru-baru ini gua ikut projek Youtuber aviasi, Sam Chui , dia minta followernya, dan orang-orang pecinta aviasi untuk membuat video opini tentang keadaan industri penerbangan saat ini apa harapan kita, well gua muncul divlognya cuma sepotong doang sih dibagian akhir dan ada dicantumin IG gua, tapi ya yang penting masuklah. Nah cuma poin gua disini adalah, ya dari industri aviasi aja contohnya,  banyak pilot, pramugari, pramugara, petugas check ini, ground staff dll kehilangan pekerjaan mereka karena ya, pemasukan maskapai berkurang jauh, disaat yang sama maskapai harus menggaji, akhirnya apa? ya banyak yang kena PHK. Nah ini maksudnya, jadi dengan ekonomi yang menjadi terhambat karena pandemi, otomatis ya semua orang mau gak mau harus keluar dan kembali bekerja agar dapat kembali pemasukan, ekonomi juga harus kembali berjalan karena pada dasarnya, kita juga harus tau uang negara itu bukan tidak terbatas, negara itu juga bisa bangkrut loh, liat aja Yunani, setelah tau tentang Yunani gua akhirnya tau kalo negara bisa bangkrut. Makanya itu kenapa pemerintah Indonesia gak mau lockdown, karena ya kas negara gak akan cukup untuk kasih makan semua orang tanpa ada sirkulasi ekonomi. Itu juga kenapa Amerika, Italia, Jerman dan negara-negara yang paling tinggi kasusnya menolak lockdown, karena mereka sudah merasakan nestapanya ekonomi yang tidak berjalan. Itulah kenapa meskipun gua banyak keluar, tapi ya gua tetep disiplin memakai masker, ya intinya gini, sekarang kan kita udah lebih longgar nih, ya tanggung jawab kita pada diri sendiri dan ke sekitar sebenarnya simpel aja, ya pakai masker, itu udah cukup kok, memang masker nggak melindungi 100% tapi memang dari dulu juga yang namanya urusan dengan virus atau penyakit ya bukan kita memikirkan gimana caranya biar gak tertular tapi gimana kita mengurangi resiko penularan. Sebelum pandemi ini kita tau masker itu dipakai untuk orang yang sakit karena untuk mengurangi resiko dia menularkan penyakit ke yang lain, nah sekarang kita kurangi resiko kita menularkan ataupun tertular dengan memakai masker. 

Bali sendiri saat ini kondisinya miserable banget. Gua memang ekspektasi Bali gak akan serame biasanya tapi apa yang gua liat justru lebih parah dari ekspektasi gua. Bali itu bener-bener sepi, keadaannya gak serame Jakarta, dan lalu lintas itu lengang banget. Bapak kos gua aja sampe di PHK karena emang sepi, banyak hotel yang emang tutup karena ya gak ada yang check in gak ada yang berkunjung jadi ya wajar aja akhirnya PHK rame-rame. Jalan legian yang normalnya jam 8 malem itu masih rame dan macet, ini tuh udah kayak zombie apocalypse, trus juga pantai-pantai sepi, toko-toko suvenir dan yang mayoritas pelanggannya itu turis pada tutup. Gua jujur aja sedih sih, karena 80% ekonomi Bali itu kan dari pariwisata. Jujur aja, ini pandemi ini parah banget sih karena ya gua gak nyangka sampe sebesar ini, gua sendiri jujur aja gak tau jumlah kasus di Indo atau dunia berapa karena gua udah males ngikutin dan gua jadi berpikiran hopeless kalo terus ngikutin itu makanya ya gua lebih ngikutin perkembangan vaksin yang jujur aja ini sangat mengejutkan cepatnya, beberapa perusahaan bahkan udah masuk fase ketiga uji manusia, sebelumnya gua berpikir bahwa kita harus berani ambil resiko bahkan kalo memang mau coba herd immunity coba aja karena sebelum pandemi ini, vaksin tercepat yang ditemukan itu adalah ebola yang itupun 5 tahun, dan banyak vaksin itu bahkan sampe puluhan tahun. Nah sekarang, dalam waktu kurang dari setahun udah banyak perusahaan yang memberi update bahwa mereka bisa menyediakan vaksin per akhir tahun ini. Ya wajar sih, semua perusahaan tersebut ya mereka diminta oleh pemerintah dan pemerintah juga jor-joran mengalirkan dana karena ya itu, mereka butuh secepatnya vaksin agar hidup bisa normal lagi. Dan pastinya kalau udah jadi vaksinnya, ini rekor luar biasa banget. Ya gua sih berdoa semoga per akhir tahun ini vaksin bisa jadi sehingga nanti kalau gua wisuda, gua wisuda di gedung Widya Sabha Unud, karena jujur aja, gua udah mikir kayaknya gua bakal wisuda online yang menurut gua jangan sampe Naudzubillah karena mengingat gimana perjuangan gua untuk kuliah, huhu, gak asik banget ujung-ujungnya waktu yang gua tunggu-tunggu malah cuma dirumah doang. 

Ya itulah untuk postingan kali ini, ini ada beberapa foto yang gua ambil baru-baru ini di Bali








Rabu, 01 April 2020

Karantina Kuartal II 2020

Oke, anggap aja ini adalah terusan postingan sebelumnya tetapi disini gua lebih ke arah mencurahkan pikiran gua terhadap karantina yang lagi gua jalani. Eits, tunggu dulu, gua ini karantina sendiri ya, bukan karantina kayak orang yang baru dari luar negeri trus di isolasi, nggak kok, yoi sekarang gua dirumah di Bekasi, lagi nggak di Bali. 

Oke langsung ke point aja, jadi gua itu udah karantina 16 hari, gua mulai Karantina itu tanggal 16 Maret dan masih sampai sekarang. Sebenarnya kalo mengacu pada standar masa inkubasi 7-14 hari sebenarnya gua mestinya udah bisa keluar, tapi makin kesini, kasus virus Corona makin banyak dan makin serius, dan peraturan dan keputusan pemerintah pun terus berubah ke arah yang lebih ketat. Baru-baru ini aja didepan rumah gua hampir tiap malam polisi lewat menghimbau semua orang untuk masuk ke rumah dan juga kalo lagi ada orang berkumpul langsung dibubarkan, ya seserius itulah keadaannya. 

Mungkin di post seblumnya gua ada bicara tentang virus ini lebih kurang lebih kayak flu, ya gua disini mengatakan kalau hal tersebut gak sepenuhnya benar, memang dari banyaknya orang yang sudah sembuh dari virus ini, tapi bagaimanapun dalam hal penyebaran, virus ini lebih cepat dan lebih kejam, secara ya liat aja, periode inkubasi aja 7-14 hari. Kalo kita bertanya kenapa virus ini bisa menyebar sampai seluruh negara didunia dan dijadikan pandemik oleh WHO, ya itu alasannya, periode inkubasi virus ini yang lama menyebabkan penyebaran lebih cepat, karena dalam waktu 2 minggu, selama periode inkubasi, tidak jarang ada orang yang memiliki gejala, otomatis mereka bisa saja menularkan orang lain tanpa sadar, dan itulah kejadiannya di Itali, Spanyol dan Amerika. 

Sedikit frontal nih ngomongya, jujur aja gua nggak betah dikarantina, gua bener-bener bosen, ya mungkin kalo pake bahasa Inggris gua bakal bilang "I'm really sick of it", dan emang bener, gua sebenarnya gak tahan dirumah terus sampai dengan jangka waktu yang masih belum menentu, tapi gua juga gak punya pilihan, gua gak mau ketularan dan ya sebagai tanda hormat kita kepada para petugas kesehatan yang sekarang bekerja dirumah sakit siang dan malam untuk merawat pasien Covid-19 ini, maka cara untuk membantu mereka paling gak adalah dirumah aja nggak kemana-mana. Jujur aja gua pengen keluar, gua kangen banget sama kampus, gua kangen temen-temen gua, gua kangen main bulutangkis, gua kangen hangout sama temen-temen gua, gua kangen hunting foto lagi, gua intinya kangen segala hal yang ada diluar rumah terutama di Bali, tapi ya itulah, apa daya, dengan situasi kayak gini. Satu hal yang gua gak nyangka adalah hal yang selama ini gua kira hanya ada di film, tiba-tiba beneran kejadian, dan itu berasa gimana gitu, aneh gitulah. Dan kalo liat di film-film tentang wabah, pasti endingnya adalah dengan ditemukannya vaksin untuk penyakit tersebut, cuma masalahnya adalah, pas gua liat di tv, itu ternyata vaksin itu bisa siap paling cepat 18 bulan cuy, trus pertanyaannya ini bakal karantina sampe kapan???

Gua juga ngerasa tahun 2020 nih, entah kayak highlighted gitu, karena ini baru masuk kuartal kedua ditahun ini, tapi entah karena banyak banget kejadian dalam kurun waktu cuma 3 bulan ini, sehingga tahun ini gua ngerasa kayaknya bakal panjang sih, karena ya liat aja, apalagi untuk gua, bukan cuma ngeliat kejadian yang banyak orang lihat entah di media atau di berita dsb, dari lingkungan rumah gua aja, itu banyak banget berubah, gak usah ngomongin masalah virus Corona ini deh, atau kayak perang Amerika Iran dsb, kan Nenek gua tahun lalu meninggal ya, trus ya gua baru pulang lagi ke Bekasi bulan Januari kemaren dan tiba-tiba rumah Bibi gua udah tingkat cuy, dan sekarang rumah gua juga lagi ada renovasi, trus intinya banyak banget hal yang akan berubah dan somehow itu membuat gua juga jadi merasa waktu terasa panjang, gua aja kaget kalau hari ini baru bulan April 2020, ya gitulah, nih biasanya libur kalo gua dirumah doang, kalo sering tidur apa nggak kerasa tiba-tiba udah pengen selesai liburnya, udah besoknya bakal ke Bali lagi, sementara sekarang, gua tiap hari dirumah tidurnya 2 kali sehari, gua berasa kayak udah 2 bulan dirumah padahal kalo itung-itung anjir baru 16 hari, gitulah, dan berasa kayak judul film "Nanti kita cerita tentang hari ini", gua kayaknya bakal post tentang Nanti kita cerita tentang 2020 di postingan gua nanti diakhir tahun dan bakal ngerecap semua hal yang terjadi tahun ini. 

Satu-satunya hal outdoor yang bisa gua lakukan dirumah adalah naik ke genteng rumah gua, jadi gua ada foto yang diambil dari genteng rumah gua


Rabu, 18 Maret 2020

Corona Contagion

Pasti semua udah gak asing lagi kalo mendengar yang namanya Virus Corona. Yoi, jadi Virus Corona atau yang sekarang sudah memiliki nama medis Covid-19 merupakan virus yang masuk kedalam famili SARS dan MERS dan memang berawal dari kelelawar. Virus ini berawal disebuah pasar ikan basah yang berlokasi di Wuhan, provinsi Hubei China. 

Pada awal penyebaran virus ini, di Wuhan beberapa rumah sakit menerima pasien yang mengalami Pneumonia, dan ketika dilarikan kerumah sakit ya kondisi mereka sudah sangat kritis dan paru-paru mereka sudah sangat rusak. Kemudian setelah diselidiki ya ternyata beberapa pasien yang mengalami Pneumonia ini ternyata beberapa ada yang saling kenal dan langganan ke pasar ikan tersebut. Akhirnya setelah mejalani tes darah ditemukan Virus Corona tersebut. Sekarang ini per tanggal 19 Maret 2020, virus ini sudah menyerang 123 negara dan di Indonesia sendiri dalam waktu kurang dari 2 minggu sudah ada 227 kasus. Dari 227 kasus tersebut sudah 22 orang meninggal dunia akibat Pneumonia yang disebabkan oleh virus tersebut. Virus ini memang sangat mudah menyebar, namun yang ditakutkan adalah karena periode inkubasi virus ini adalah 7 sampai 14 hari, dan selama periode inkubasi, ada masa-masa awal dimana kemungkinan seseorang bisa membawa virus tersebut tanpa mengalami gejala apapun. Gejala virus ini sendiri mostly adalah demam, kemudian batuk kering dan sesak nafas. Sesak nafas disini harus digaris bawahi karena ini bukan sesak nafar seperti pilek, kalau pilek itu namanya hidung tersumbat, namun sesak nafas disini lebih kayak nafas memendek gitu, jatuhnya kayak orang ngos-ngosan. R-nought dari virus ini pun cukup tinggi. 

Akibat cepatnya penyebaran virus ini, banyak negara-negara didunia yang merespon demi memperlambat penyebaran virus ini. Selain China, negara dengan jumlah kasus tertinggi adalah Korea Selatan, Iran dan Itali. Di ketiga negara ini sudah melakukan lockdown atau mengisolasi seluruh warganya agar tidak keluar dari rumah mereka. Beberapa negara Eropa seperti Perancis, Jerman dan Spanyol juga sudah melakukan lock down. Banyak penerbangan juga mengalami penangguhan dan penundaan, Amerika Serikat sendiri juga menghentikan seluruh penerbangan dari dan menuju Eropa.

Jika kita bertanya apakah virus ini mematikan, ya karena banyak yang meninggal tentu saja virus ini mematikan, tetapi jika kita melihat data yang disediakan oleh WHO, di China sendiri jumlah kasus per hari dibandingkan jumlah yang sembuh, jumlah yang sembuh sudah lebih banyak. Pada dasarnya 90% kematian dialami oleh orang lansia, sementara orang-orang muda relatif bisa sembuh, hal tersebut dikarenakan orang muda relatif memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat, sehingga sistem kekebalan tubuh mampu melawan virus ini, sehingga bisa dibilang ya virus ini mematikan bagi mereka yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah. Secara obat yang spesifik, sekarang ini masih belum ada, namun melihat mereka yang sembuh, bagi gua virus ini jatuhnya ya kayak virus flu, kita tau flu itu udah ada obatnya, namun banyak juga yang sembuh tanpa obat, gua sendiri juga sering banget flu, apalagi diwaktu-waktu musim hujan kayak sekarang, tapi gua gak pernah minum obat dan sembuh, tapi kalo kalian belum tau, flu itu bisa mematikan loh, bukan flu burung atau flu babi yang kita liat di tv, flu biasa yang sering nyerang kita aja bisa mematikan, tetapi ya gitu akhirnya semua tergantung daya tahan tubuh kita. 

Sebelum wabah Corona ini ada, gua pernah nonton dan bahkan punya film, yang menurut gua ya seolah-olah kayak meramalkan pandemik virus Corona ini, judulnya adalah Contagion. Film Contagion adalah film yang dirilis pada tahun 2011, dimana film ini mengisahkan tentang suatu wabah virus yang sangat mematikan. Virus yang digambarkan film ini sebenarnya jauh lebih menyeramkan daripada Corona. Ya gua gak mau spoiler film ya, jadi kalo ada yang penasaran sama filmnya silakan cari sendiri. Tapi gua akan membandingkan kejadian di film Contagion ini dengan kejadian nyata virus Corona. Oiya, di film itu mereka memberi nama virusnya MEV-1. Persamaan virus fiksional MEV-1 dan Corona adalah sama-sama menular melalui sentuhan, sama-sama bermula di China, kalo MEV itu di Hongkong, sama-sama carrier dari kelelawar, dan yang paling nampak adalah sama-sama terjadi lock down.  

Berikut perbedaannya :

Covid-19 
  • Dalam waktu 3 bulan total kasus +- 202,000
  • Periode inkubasi 7-14 hari
  • Penyebab kematian Radang paru-paru atau Pneumonia
MEV-1
  • Dalam waktu 26 hari ada 12 juta kasus
  • periode inkubasi 2-4 hari
  • penyebab kematian adalah radang otak / ensefalitis.

Senin, 03 Februari 2020

Tale from a cellphone


Yap, dari gambar pertama semua pasti udah langsung tau kalo itu adalah ponsel. Tapi kenapa gua menampilkan gambar ponsel itu? karena itu adalah ponsel pertama yang gua pernah minta ke ortu gua. Jadi pas gua kelas 4 SD, gua inget waktu itu gua dan bokap jalan-jalan ke mall Ambasador di Jakarta dan gua stopping by ke sebuah toko ponsel dan melihat-lihat, waktu itu bokap lagi nyari hape baru dan juga pengen beliin hape buat nyokap, kemudian bokap gua nanya apa gua pengen dibelikan hape juga? dan ya sebagai seorang anak berusia 9 tahun tentu melihat hape sebagai suatu item yang cuma orang dewasa doang yang boleh punya, kemudian gua melihat-lihat dan perhatian gua tertuju pada hape yang gambarnya ada diatas. Yaps, itu adalah hape Nokia N-91, ketika gua bilang bokap gua pengen hape itu, bokap gua langsung kaget, karena saat itu bokap aja pengen beliin Nokia N-70 untuk nyokap gua dan melihat request gua, ya seolah-olah itu sudah mendahului nyokap, tapi bokap gua cuma tersenyum dan bilang kalo gua kudu belajar aja yang rajin, gua langsung tau kalo bokap gak akan membelikan hape itu dan gua gak ngambek atau tersinggung, karena ya bahkan sampai sekarang mayoritas anak-anak masih memandang hape sebagai barang khusus untuk orang dewasa. 

Dua tahun kemudian, saat gua masih kelas 5 SD menuju kelas 6, akhirnya gua mendapat hape pertama gua, yaitu Nokia 1110, dan perasaan gua memiliki hape itu jujur aja ya senang banget. Dan sebagai informasi ya Nokia 1110 itu adalah hape yang layarnya itu masih kuning dan cuma bisa telfon dan SMS, tapi tetap saja bagi gua, gua ngerasa keren, dan setelah punya hape itu, gua langsung kirim SMS bacotan omong kosong ke kakak gua dan sepupu-sepupu gua, dan mereka semua saat itu sudah pegang hape yang lebih bagus dari gua, meski begitu gua gak ngerasa kurang. Pada tahun 2010 gua masuk pesantren di Bogor, dan ya semua pesantren pasti punya aturan larangan membawa hape ke pesantren, jadi ya gua say goodbye ke hape gua itu. Saat liburan pertama saat gua di pesantren, gua akhirnya dapet hape lagi, yaitu hape Nokia N-70 yang waktu itu dibelikan bokap gua untuk nyokap, dan ya gua pake hape itu hanya saat liburan. ketika gua kelas 9 gua mendapat smartphone pertama gua, yaitu HTC One-V, dan gua memutuskan untuk membawa hape itu ke pesantren secara diam-diam, yang pastinya gua tau itu ilegal, tapi gak pernah ketauan, but somehow itu adalah hape gua dengan umur terpendek, karena ketika gua lagi di warnet di Bogor, hapenya ilang, dan ya ortu gua marah banget. Kemudian gua lulus SMP dan sepanjang liburan dari SMP ke SMA gua dikasih pegang Samsung Galaxy Tab, dan itu menjadi hape gua sampe gua kelas 2 SMA. Ketika gua kelas 3 SMA gua dikasih hape bekas Bibi gua yaitu LG Optimus L7II dan ya itu merupakan struggle pertama gua dengan hape, karena selama ini gua selalu memiliki hape yang berfungsi dengan baik, meskipun jadul, sekarang gua harus deal dengan hape yang batrenya bocor dan juga lemot-lemot. Hape tersebut hanya gua pake selama setahun, karena setahun kemudian ditahun 2016 gua akhirnya dapet Xiaomi Mi Max, dan untuk yang belom tau beberapa postingan awal gua itu ditulis dengan hape ini, dan ya ini gua regard sebagai hape gua dengan usia terpanjang yaitu 3 setengah tahun dan masih gua gunakan sampe sekarang, meskipun ya gua juga sudah memiliki hape baru lagi yaitu pas banget 18 Januari kemaren gua beli Vivo S1 Pro yang tentunya sudah pasti menggantikan hape Xiaomi gua, meski begitu gua tetap akan menggunakan hape Xiaomi gua untuk kepentingan OA. Dengan hape Xiaomi ini, sudah banyak cerita yang terjadi, total sudah 3 kali ganti baterai, kalau jatuh ya sudah gak kehitung, jumlah case yang diganti juga sudah cukup banyak, dan jumlah foto dan video yang dihasilkan sudah ribuan tak terhitung, problema hape gua yang Xiaomi ini yang akhirnya membuat gua memutuskan untuk beli hape baru adalah software-nya dimana google play sudah tidak lagi bisa diupdate dan itu menghambat semua fungsi hape. Meski begitu gua tetap akan memakai hape ini meski sekarang fungsinya sudah terbatas, dan ya gua memegang prinsip bahwa gua akan pakai hape ini sampai kondisinya sudah 100% tak bisa lagi berfungsi. 
Dengan perjalanan hape-hape gua, maka dibawah ini adalah gambar perjalanan hape-hape yang pernah gua pake


Nokia 1110 : 2009-2011
Nokia N-70 : 2011-2012
HTC One-V : 2012-2013
Samsung Galaxy Tab : 2013-2015
LG Optimus L7II : 2015-2016
Xiaomi Mi Max : 2016-2020.....(replaced but still in use)
Vivo S1 Pro : 2020-Present