Di postingan ini gua akan memberikan sedikit update setelah cukup lama tidak menulis. Jadi gua balik ke Bali pas tanggal 23 Agustus. Semua pasti sudah tau bahwa semester ini menteri pendidikan Bapak Nadiem Makarim mengumukan bahwa kuliah akan kembali berjalan online dan perkuliahan dikampus hanya dibatasi sekedar praktikum, lab atau skripsi yang intinya tidak bisa dilakukan dirumah. Technically itulah yang menjadi alasan gua balik karena memang ada mata kuliah praktikum yang gua ambil dan tidak bisa dilakukan sendiri dirumah. Tapi sebenarnya alasan gua balik lebih dari itu.
Jadi gua pulang ke Jakarta sebelum libur nyepi pada tanggal 16 Maret kemaren. Perkuliahan dikampus dihentikan karena ya semua orang juga tau, pandemi, yang sampe sekarang masih berlangsung. Jadi memang awalnya kampus ditutup selama 2 minggu dan memang waktu itu rencananya adalah gua akan balik ke bali saat kampus udah dibuka, tapi kemudian dengan jumlah kasus Covid19 yang terus menerus bertambah di Indonesia membuat penutupan kampus gua diperpanjang sampe 4 kali. Awalnya 2 minggu, kemudian sebulan, kemudian sampe abis lebaran. Gua sendiri juga awalnya rencana dirumah doang hanya 2 minggu, trus ya gitulah, diperpanjang lagi, jadi sebulan, 2 bulan dan akhirnya total lama gua di Jakarta adalah 5 bulan + 1 minggu.
Jujur aja gua seneng bisa balik, karena memang gua agak kurang nyaman di Jakarta, sebenarnya bukan gua gak nyaman sama keluarga, tapi lebih ke arah yang untuk prokteksi. Nyokap gua itu punya penyakit autoimun, dan orang dengan penyakit autoimun, jangankan virus corona, flu aja mereka udah susah banget. Nah masalahnya adalah gua itu setelah lebaran lumayan banyak keluar, ya memang alasannya adalah karena sejak gua kuliah, gua memang lumayan jadi anak outdoor, gua kurang suka cuma ngerem aja dirumah, makanya pas mall udah buka, PSBB di longgarkan, ya gua akhirnya banyak keluar, ketemu temen dsb. Tapi ya gua keluar pastinya sama aja mengekspos diri gua terhadap virus yang sedang mewabah, dan tentunya ini ya sama aja menaroh ibu gua dalam area resiko, makanya gua berpikir ya daripada gua dirumah doang dan memang kurang produktif, gua sendiri juga udah lama banget gak main bulutangkis yang memang bikin skill gua tuh kering, mungkin kalo udah liat story IG gua yang gua upload, bener-bener kering skill gua, jadi ya gua ngerasa lebih baik gua di Bali, gua bisa lebih produktif, gua juga kembali bisa lebih mandiri, dan ya intinya gua bisa tidak menempatkan ibu gua ke area resiko atau dalam bahasa Inggris jeopardy.
Nah tapi jangan beranggapan karena gua sering keluar berarti gua gak takut terhadap virus dan meremehkan situasi, memang bener dalam situasi pandemi seperti ini sebenarnya hal yang paling aman adalah ya stay dirumah aja, tapi ya masa kalian mau ngerem aja dirumah berbulan-bulan, kan gak mungkin, kalian juga kehilangan kesempatan bersosialisasi, blom juga orang yang memiliki usaha sangat terdampak akibat pandemi ini, kita tau diseluruh dunia semua negara ya intinya struggling banget secara ekonomi. Baru-baru ini gua ikut projek Youtuber aviasi, Sam Chui , dia minta followernya, dan orang-orang pecinta aviasi untuk membuat video opini tentang keadaan industri penerbangan saat ini apa harapan kita, well gua muncul divlognya cuma sepotong doang sih dibagian akhir dan ada dicantumin IG gua, tapi ya yang penting masuklah. Nah cuma poin gua disini adalah, ya dari industri aviasi aja contohnya, banyak pilot, pramugari, pramugara, petugas check ini, ground staff dll kehilangan pekerjaan mereka karena ya, pemasukan maskapai berkurang jauh, disaat yang sama maskapai harus menggaji, akhirnya apa? ya banyak yang kena PHK. Nah ini maksudnya, jadi dengan ekonomi yang menjadi terhambat karena pandemi, otomatis ya semua orang mau gak mau harus keluar dan kembali bekerja agar dapat kembali pemasukan, ekonomi juga harus kembali berjalan karena pada dasarnya, kita juga harus tau uang negara itu bukan tidak terbatas, negara itu juga bisa bangkrut loh, liat aja Yunani, setelah tau tentang Yunani gua akhirnya tau kalo negara bisa bangkrut. Makanya itu kenapa pemerintah Indonesia gak mau lockdown, karena ya kas negara gak akan cukup untuk kasih makan semua orang tanpa ada sirkulasi ekonomi. Itu juga kenapa Amerika, Italia, Jerman dan negara-negara yang paling tinggi kasusnya menolak lockdown, karena mereka sudah merasakan nestapanya ekonomi yang tidak berjalan. Itulah kenapa meskipun gua banyak keluar, tapi ya gua tetep disiplin memakai masker, ya intinya gini, sekarang kan kita udah lebih longgar nih, ya tanggung jawab kita pada diri sendiri dan ke sekitar sebenarnya simpel aja, ya pakai masker, itu udah cukup kok, memang masker nggak melindungi 100% tapi memang dari dulu juga yang namanya urusan dengan virus atau penyakit ya bukan kita memikirkan gimana caranya biar gak tertular tapi gimana kita mengurangi resiko penularan. Sebelum pandemi ini kita tau masker itu dipakai untuk orang yang sakit karena untuk mengurangi resiko dia menularkan penyakit ke yang lain, nah sekarang kita kurangi resiko kita menularkan ataupun tertular dengan memakai masker.
Bali sendiri saat ini kondisinya miserable banget. Gua memang ekspektasi Bali gak akan serame biasanya tapi apa yang gua liat justru lebih parah dari ekspektasi gua. Bali itu bener-bener sepi, keadaannya gak serame Jakarta, dan lalu lintas itu lengang banget. Bapak kos gua aja sampe di PHK karena emang sepi, banyak hotel yang emang tutup karena ya gak ada yang check in gak ada yang berkunjung jadi ya wajar aja akhirnya PHK rame-rame. Jalan legian yang normalnya jam 8 malem itu masih rame dan macet, ini tuh udah kayak zombie apocalypse, trus juga pantai-pantai sepi, toko-toko suvenir dan yang mayoritas pelanggannya itu turis pada tutup. Gua jujur aja sedih sih, karena 80% ekonomi Bali itu kan dari pariwisata. Jujur aja, ini pandemi ini parah banget sih karena ya gua gak nyangka sampe sebesar ini, gua sendiri jujur aja gak tau jumlah kasus di Indo atau dunia berapa karena gua udah males ngikutin dan gua jadi berpikiran hopeless kalo terus ngikutin itu makanya ya gua lebih ngikutin perkembangan vaksin yang jujur aja ini sangat mengejutkan cepatnya, beberapa perusahaan bahkan udah masuk fase ketiga uji manusia, sebelumnya gua berpikir bahwa kita harus berani ambil resiko bahkan kalo memang mau coba herd immunity coba aja karena sebelum pandemi ini, vaksin tercepat yang ditemukan itu adalah ebola yang itupun 5 tahun, dan banyak vaksin itu bahkan sampe puluhan tahun. Nah sekarang, dalam waktu kurang dari setahun udah banyak perusahaan yang memberi update bahwa mereka bisa menyediakan vaksin per akhir tahun ini. Ya wajar sih, semua perusahaan tersebut ya mereka diminta oleh pemerintah dan pemerintah juga jor-joran mengalirkan dana karena ya itu, mereka butuh secepatnya vaksin agar hidup bisa normal lagi. Dan pastinya kalau udah jadi vaksinnya, ini rekor luar biasa banget. Ya gua sih berdoa semoga per akhir tahun ini vaksin bisa jadi sehingga nanti kalau gua wisuda, gua wisuda di gedung Widya Sabha Unud, karena jujur aja, gua udah mikir kayaknya gua bakal wisuda online yang menurut gua jangan sampe Naudzubillah karena mengingat gimana perjuangan gua untuk kuliah, huhu, gak asik banget ujung-ujungnya waktu yang gua tunggu-tunggu malah cuma dirumah doang.
Ya itulah untuk postingan kali ini, ini ada beberapa foto yang gua ambil baru-baru ini di Bali
0 komentar:
Posting Komentar